Friday, October 30, 2009

Saturday, 31 October 2k9 ONAIR @ 98.3 FM Radio Cakrawala Jakarta

Pagi jam 24.00 WIB Andre harus siaran menggantikan Faisal dan Vina, karena ada urusan masing-masing. (hooeeee,,, kok bisa bersamaan????? *aduh jadi ngiri uey....!!!!) hihihihihihihihi.......

Thanks yah Bro and Sis udah percaya sama Andre buat menggantikan Program kalian tentang "Problem dan masalah Pendengar". tapi maaf banget, karena Andre tidak bisa bawain  program kalian berdua.... 


Akhirnya di menit ke 10 andre openning, dapet ide.... 

Pagi ini Kita membahas tentang Film Korea dan Efeknya dari Film itu dengan request pendengar yg gak henti2nya minta diplay lagu korea. * Hufffff...... padahal kalo udah play onair, hati berasa DAG...DIG...DUG.... takut telepon "emergency" nyala..... ini bertanda Big Boss ngomellll... :-(


Dengan bakat PD neh, andre  ngajak Pedengar pagi Radio Cakrawala ngebahas tentang :
"SEBENARNYA APA YANG MEMBUAT ANDA BEGITU MENGGEMARI FILM DRAMA KOREA?" * tring SMS Full Messege terus....


Antusiasme masyarakat Indonesia terhadap sinema buatan  Korea, sungguh luar biasa. Ketika salah seorang aktor Korea, Kwon Sang-woo berkunjung ke Indonesia, banyak para pecinta sinema Korea sengaja meluangkan waktunya untuk bertemu langsung dengan sang idola. Demam korean wave, demikianlah sebutan bagi mereka yang sangat tergila-gila dengan sinema Korea atau segala sesuatu yang berkaitan dengan negeri Gingseng tersebut. Demam Korean wave kini tidak hanya terjadi di Negara tempat asalnya yaitu Korea maupun negara bagian Asia Timur seperti Jepang, Cina, dll. Tetapi, sudah merajalela sampai ke seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia, walaupun pengaruh tersebut tidak sebesar seperti apa yang dihasilkan oleh perindustrian Hollywood.

Kalau dulu masyarakat Indonesia sempat mengenal serial Meteor Garden yang sangat fenomenal hingga mengangkat nama grup vocal F4 terkenal dan memilki banyak penggemar di Asia. Lain halnya pada akhir tahun 2005, salah satu stasiun televisi swasta Indonesia yang juga pernah menayangkan serial Meteor Garden, menayangkan sebuah serial Korea produksi MBC (Munhwa Broadcasting Company) berjudul Jewel in The Palace (Dae Jang Geum).

Serial ini mendapat sambutan baik dari penonton Indonesia. Kesuksesaan serial ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi, juga di negara asal tempat serial ini diproduksi. Serial yang bercerita tentang sosok Seo Jang Geum, tabib perempuan pertama di Korea. Dia meniti karier sebagai seorang dayang istana hingga mendapat gelar bangsawan dae (yang mulia). Jang Geum, diperankan oleh Lee Young-ae (Sympathy for Lady Vengeance, Last Present), menjadi figur perempuan yang mampu mendobrak dominasi pria yang kaku di masanya. Berlatar belakang masa kerajaan Jungjong (1506-1544), raja ke-11 dari Dinasti Chosun, serial ini kaya dengan detail dan riset. Serial ini juga menyuguhkan pusaka kuliner Korea pada masa itu. Jang Geum dikisahkan pintar menyuguhkan makanan sebagai obat untuk kerabat raja. Kombinasi gender, racikan makanan, dan obat tradisional Korea, serta intrik persengkokolan istana membuat serial ini meraup sukses.

Di Korea Selatan, serial ini mampu meraup tingkat penonton hingga 57,8 persen. Jewel in The Palace juga meraup sukses dan disukai di sejumlah negara seperti Hongkong, Taiwan, Amerika Serikat, Kanada, dll. Bahkan pada Majalah Time edisi 14 November 2005 menulis, Presiden Cina Hu Jintao juga menggemari serial ini.

Di Indonesia, sudah banyak stasiun televisi yang menayangkan serial Asia seperti Korea, Jepang, dan Taiwan. Tetapi, hanya satu stasiun televisi yg logonya ikan terbang saja yang konsisten menayangkan serial-serial Asia sampai dengan saat ini.

Mewabahnya Korean wave, bertambahnya penggemar serial Korea terutama remaja, wanita karier, dan ibu rumah tangga. Ternyata dimanfaatkan oleh beberapa rumah produksi di Indonesia untuk membuat atau lebih tepatnya meniru beberapa serial Korea yang kemudian oleh mereka dibuat dalam versi sinetronnya. 


Sungguh ironis memang, ketika satu rumah produksi menayangkan serial jiplakan versi Indonesianya, justru ratingnya sangat tinggi jika dibandingakn dengan acara lain. Tingginya rating inilah yang pada akhirnya membuat beberapa rumah produksi berlomba-lomba membuat sinetron hasil tiruan dari serial Korea, Jepang, dan Taiwan. Sebut saja rumah produksi yang menayangkan sinetron berjudul “Pengantin Remaja”, ternyata aslinya adalah serial Korea dengan judul “My Little Bride”. Benci Bilang Cinta (Princess Hours-Korea), Buku Harian Nayla (1 Litre of Tears-Jepang), dan masih banyak lagi. Oleh karena itu tidak heran bila ada dua judul sinetron dari rumah produksi yang berbeda, memilki kesamaan alur cerita. Hal ini bisa terjadi karena memang mereka meniru cerita dari serial Asia yang sama.

Melihat kondisi perkembangan sinema di Korea, sangat jauh berbeda dengan perkembangan sinetron di Indonesia. Di Korea, sinema menjadi salah satu komoditi ekspor yang paling banyak mendatangkan keutungan. Sepanjang Sembilan bulan pertama 2005, Korea meraup US$ 67 juta (sekitar Rp. 656 miliar) dari ekspor sinema itu. Pasar Asia menyumbangkan 80,3 persen, Eropa 15,5 persen, dan Amerika Utara 3,3 persen. Pendapatan ekspor ini meningkat dari tahun 2004, sekitar US$ 58,28 juta (sekitar Rp. 571 miliar). Pasar Asia menyumbangkan 77,80 persen, Eropa 14,1 persen, dan Amerika Utara 5 persen. Geliat sinema Korea ini mengancam industri hiburan Jepang. Beberapa pengusaha Jepang merasa gerah karena industri filmnya digerogoti film dari bekas Negara jajahannya itu.



Banyak hal yang menyebabkan film Korea digemari dan mampu memberikan angin segar baru bagi pemirsa TV dan banyak diterima di berbagai negara, terutama Asia dan termasuk Indonesia. Kentalnya budaya timur merupakan salah satu faktor yang sangat berperan. Film-film Korea mampu menampilkan cerita yang menarik tanpa menghilangkan nilai dan norma budaya timur. Film Korea juga mempu mengemas tema-tema kehidupan sehari-hari dengan lebih menyentuh hati dan sisi-sisi emosional penontonnya. Makna penting keluarga dan tata krama pergaulan dalam masyarakat merupakan salah satu diantara nilai budaya timur yang sering ditampilkan dalam film Korea.


Film Korea terutama serial TV dramanya sebenarnya sudah ditayangkan di Indonesia semenjak tahun 2002 melalui serial Endless Love, namun baru beberapa tahun terakhir ini benar-benar sukses. Disusul dengan serial Winter Sonata, Hotelier, Stairway To Heaven dan makin banyak lagi. Bahkan dua serial drama yang ditayangkan di tahun 2005 yaitu Full House dan Lovers in Paris berhasil menjadi top rating acara TV mengikuti kesuksesannya di berbagai negara Asia seperti Taiwan dan Filipina.  Salah satu serial drama yang ditayangkan di Indonesia dan menggambarkan mengenai budaya dan masyarakat Korea adalah serial Friends (ditayangkan di Indonesia tahun 2003). Serial drama hasil kerja sama sineas Jepang dan Korea ini dibuat untuk menyambut World Cup 2002 sebagai ajang promosi budaya kedua negara. Penghormatan terhadap nilai kekeluargaan diwujudkan masyarakat Korea dalam bentuk etika dalam berbicara, bersikap dan bertindak baik itu dalam keluarga maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Budaya ini melahirkan kebiasaan yang unik walaupun terkesan kaku, bagaimana berbicara kepada orang tua, penentuan siapa yang akan duduk di mana, siapa yang harus duduk terlebih dahulu atau siapa yang harus menyapa dan disapa terlebih dahulu. 


Sopan santun merupakan nilai lebih yang masih kuat dipegang oleh masyarakat Korea. Pergaulan antar lawan jenis merupakan hal lain yang menarik dari film Korea dan penulis mengacungkan jempol untuk itu. Masyarakat Korea masih menganggap pernikahan sebagai hal yang sakral, ditengah maraknya trend free sex
sebagai gaya hidup. Jika film Hollywood banyak mengumbar adegan “panas” untuk menjual ceritanya, serial drama Korea mampu menampilkan kisah percintaan yang romantis dengan sopan dan tetap  menarik. Walaupun bertemakan drama percintaan, rasa sayang dan cinta tidak diekspresikan dengan mengeksploitasi unsur-unsur seksualitas.



Disela-sela musik playing, Andre mencoba menghubungi Reza Mahendra salah satu Penulis Sinema Indonesia dan pengamat Film. Beliau memberi komentar (tidak mau onair karena sedang ada meeting program untuk project nya jam 02.02 WIB) kurang lebihnya begini :  
"Menurut g, drama Korea itu juga sebenarnya sama aja sama sinetron Indonesia. Sama-sama (klo dipikirin seh.....) ga realistis 100%. Tapi yang membuat 'sinetron' a.k.a drama Korea menarik adalah ceritanya yang ga dipanjang-panjangin sehingga penonton tetap suka ma ceritanya. Sedangkan sinetron Indonesia, yah lo tahu sendiri, klo ratingnya bagus, ntu sinetron bisa dibuat ampe ratusan episode bahkan ampe dibuat sekuelnya segala .... misalnya Tersanjung 1, ... dst).dan liat deh cerita dan adegan uniknya....
  1. Kalo makan,  mulutnya penuh ampe mo muntah2, mereka suka pake ngomong dan marah2 pula dgn mulut yg penuh makanan itu.... hahahahahahahaha
  2. Paling suka ngejitak kepala orang.....
  3. Paling demen ngomong "Haiiizzzz !!!" kalo lagi kesel,bingung,puyeng,setres dll
  4. Kuat banget mabok. Seolah-olah ada kamus tidak resmi yg ngomong kalo lagi stres minumlah soju sebanyak-banyaknya, lagi seneng minum soju, lagi santai minum soju, lagi patah hati minum soju. (halah ....)
  5. Banyak banget preman rentenir di sana. ketauan orang korea doyan ngutang!!!!
  6. Klo orang korea lagi bikin mi, makannya langsung dari pancinya, klo makan mi ga pk  panci, ga afdol.... (hihihihihi....... bener juga yah.....)
  7. Pas makan mie ato apa gt.. pasti ngeluarin bunyi.. srruuuppp...  terus bilang.. ahhh.. itu tanda mereka seneng banget sama tuh makanan berarti enak...
  8. Entah kebiasaan apa bukan yang jelas setiap film korea pasti ngga ketinggalan adegan gemblok alias gendong di punggung
  9. Kalo lagi mencuci baju itu....., cuciannya diinjek2 dlm ember yg gede (liat deh film wedding, full house, fantasi couple dll) * Emang bisa bersih ya??
  10. Kalo pergi ke sauna, kepalanya pake anduk trus di bentuknya lucu gitu.... Terus satu lagi Ndre,,,, makan telor (telor apa yah warnanya coklat,klo disini kali pindang telor), Telornya itu dipecahin ke kepala temennya... hihihihihihi  (geun seum,really really like you,witch yoo hee, lovers in paris)
Boomingnya film-film dari Korea tidak lepas dari program yang sedang dilancarkan oleh Pemerintah Korea. Melalui program Korean Wave pemerintah Korea bekerja sama dengan insan-insan perfilman Korea untuk mempromosikan budaya dan pariwisata Korea terutama  ke negara-negara Asia. Program ini nampaknya telah membuahkan hasil, kepopuleran film Korea tidak hanya di Indonesia tapi juga di negara Asia Timur, Asia Tenggara, Timur Tengah sampai menyebrangi Pasifik di Amerika. Pusat rental DVD dan film terbesar di Amerika seperti Blockbuster dan Rock Video mencatat terjadinya peningkatan jumlah konsumen di Amerika yang mencari dan menonton film Korea semenjak Korean Wave mulai digulirkan tahun 2005.

Yang harus digaris bawahi adalah Bagaimana pemerintah Korea mempromosikan budayanya merupakan contoh yang patut kita tiru. Walaupun hanya memiliki satu bangsa dan satu bahasa, masyarakat Korea mempuyai akar budaya yang kuat dan bangga dengan budayanya. Kuatnya akar budaya ini menyebabkan Korea mampu menjadi negara industri yang maju tanpa meninggalkan identitas budayanya. Identitas budaya yang mampu menjadi filter dan benteng dari derasnya arus globalisasi. Sedangkan rasa bangga akan budaya Indonesia sepertinya tidak lagi digaungkan dan mulai terlupakan. Rasa bangga itu mungkin mulai pudar dan tenggelam seiring dengan berbagai permasalahan yang datang silih berganti merundung negeri ini, mulai dari bencana alam, terorisme, wabah penyakit, krisis BBM sampai disintegrasi bangsa. Kita lupa bahwa di antara ribuan pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke, terdapat kekayaan yang tak ternilai harganya yaitu kekayaan suku bangsa, bahasa dan budaya. Kita seharusnya merasa sangat bersyukur dan merasa sangat bangga sebagai bangsa yang besar ini. Bangga terhadap budaya sendiri juga tampaknya belum terlihat dari karya sineas kita dalam film atau sinetronnya. Walaupun ada satu dua film atau sinetron yang sukses dengan mengangkat tema budaya Indonesia, sebagian besarnya lagi lebih sering menampilkan gaya hidup barat dibandingkan budaya Indonesia seperti budaya hedonisme dan gaya hidup bebas. Padahal rasa bangga merupakan modal penting untuk menghadapi berbagai masalah yang sedang membelit bangsa ini. Rasa bangga akan melahirkan rasa memiliki yang mendorong semua elemen bangsa untuk bekerja keras membangun dan menata kembali bangsa ini menjadi bangsa yang lebih baik dan maju. Mengangkat budaya bangsa sendiri bukanlah hambatan untuk membuat film yang berkualitas dan laku di pasaran, karena film Korea telah membuktikannya. Banyak hal yang bisa kita pelajari dari film Korea termasuk mengenal budaya dan masyarakat Korea selain menjadi alternatif tontonan yang menghibur. Walaupun tentu saja it’s just a movie, film Korea tetaplah sebuah produk hiburan yang dibuat agar laku dipasaran. Film Korea hanyalah jendela kecil tentang budaya dan masyarakat Korea. Namun, orang sukses adalah orang yang mau belajar. Jika dari film Korea kita bisa belajar, kenapa tidak yah??? 

Kalau saja para pekerja industri sinema dan film kita menyadari akan hal itu, mereka tidak mementingkan segi komersialnya saja. Masyarakat para penikmat sinema dan film harusnya dapat selalu berpikir kritis dan dapat memilih mana tayangan yang bukan hanya sekedar menghibur, tetapi juga memilki nilai etika dan estetika, serta orisinil. Dan pemerintah dalam hal ini, seharusnya berperan membantu dalam segi finansial, yaitu memberikan modal kepada pembuat sinema atau film untuk menciptakan karya mereka. Dan juga membantu dalam hal penyebarluasannya baik itu melalui ajang festival sinema dan film, maupun dalam ajang pengenalan budaya Indonesia kepada mancanegara. Dengan dukungan dari berbagai pihak, bisa dipastikan Indonesia dapat meraup keuntungan besar dari industri sinema. Seperti yang terjadi di Korea dan di Amerika (Hollywood) sana.

4 comments:

Anonymous said...

Wew..... Nggak nyangka yah ternyata ada juga penyiar cakrawala yang kreatif seperti ini..... salam kenal yah!!!! suksss selalu buat Andre dan Cakrawala,..... :-)

Anonymous said...

Cakrawala Hao Bang!!!!

Anonymous said...

hai kak andre....

Anonymous said...

wow, apa kabar ko andre?